Friday, November 19, 2010

Perbedaan Tindak Tanduk Anak Lelaki dan Perempuan

- detikHealth

img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Setiap anak memiliki karakteristik tersendiri, termasuk antara anak laki-laki dan perempuan. Ini dia perbedaan tindak tanduk antara anak laki-laki dan anak perempuan.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa banyak perbedaan nyata yang terlihat sejak bayi dilahirkan, seperti tingkah laku atau kegemaran dari si kecil.

Seperti dikutip dari Parenting, Selasa (28/9/2010) ada beberapa perbedaan gerak dan emosi antara anak laki-laki dan anak perempuan, yaitu:

Anak laki-laki

1. Anak laki-laki menyukai gerak gerik.
Psikolog dari University of Cambridge di Inggris menuturkan anak laki-laki lebih memilih melihat gerakan mekanik dari suatu barang dibandingkan dengan gerakan manusia, misalnya ia senang melihat gerakan wiper mobil atau benda lain. Hal inilah yang membuat anak laki-laki lebih cepat tahu asal dari suatu gerakan, misalnya bola yang bergelinding di bawah meja.

2. Anak laki-laki senang bergerak.
Ada anggapan bahwa anak laki-laki lebih cepat berjalan dibanding anak perempuan, anggapan ini mungkin timbul karena anak laki-laki lebih senang bergerak seperti menendang dan bergoyang dibanding perempuan. Tak jarang anak laki-laki lebih banyak masuk ke UGD akibat cedera.

3. Anak laki-laki lebih emosional dari yang dipikirkan.
Beberapa bukti menunjukkan anak laki-laki cenderung lebih mudah gelisah dan sulit untuk ditenangkan dibanding anak perempuan. Menurut studi anak laki-laki 6 bulan bisa tampak setenang anak perempuan saat frustasi, tapi denyut jantung dan napasnya menunjukkan ada tekanan yang besar di dalam tubuhnya.

4. Anak laki-laki menyukai keramaian.
Hal ini karena anak laki-laki lebih suka melihat beberapa wajah dalam satu kelompok dibandingkan dengan individu.

5. Anak laki-laki (relatif) tak kenal takut.
Anak laki-laki akan mengekspresikan rasa takutnya lebih sedikit dibandingkan dengan anak perempuan. Ketika ibu menunjukkan wajah menakutkannya pada bayi laki-laki, maka ia akan mengabaikan ibunya dan tetap bermain dengan mainannya.

Anak perempuan

1. Anak perempuan senang meniru.
Dalam sebuah penelitian diketahui bahwa anak perempuan yang baru lahir akan lebih baik menyalin gerakan jari dibandingkan anak laki-laki. Hal ini menunjukkan anak perempuan lebih senang meniru interaksi manusia, sedangkan anak laki-laki meniru gerakan mesin.

2. Anak perempuan lebih baik dalam menggunakan tangannya.
Ketika diberikan tugas yang berhubungan dengan motorik halus seperti memanipulasi mainan, menggunakan peralatan makan dan menulis, maka anak perempuan akan memiliki hasil yang lebih baik.

3. Anak perempuan akan menjadi pendengar yang baik.
Anak perempuan lebih terbiasa dengan suara-suara manusia, sehingga ia lebih memilih mendengarkan suara manusia dibanding suara lainnya. Saat orang lain berbicara, maka anak perempuan akan cenderung lebih terlibat dibanding anak laki-laki.

4. Anak perempuan senang memperhatikan wajah.
Hal ini membuatnya lebih memungkinkan untuk membangun dan mempertahankan kontak mata karena tertarik dengan wajah seseorang. Kondisi ini membuatnya lebih terampil membaca ekspresi emosional, mislanya saat ibunya sedang tertekan atau stres.

5. Anak perempuan akan lebih cepat berbicara.
Berdasarkan penelitian yang melibatkan anak usia 8-30 bulan, diketahui bahwa anak perempuan lebih memahami apa yang orang lain katakan, mulai berbicara lebih awal (sekitar usia 12 bulan dan anak laki-laki usia 13-14 bulan) dan pada usia 16 bulan sudah bisa mengucapkan 100 kata sedangkan anak laki-laki hanya sekitar 30 kata.

Thursday, November 26, 2009

Sultan Hamid II Perancang Lambang Negara RI yg terlupakan



SEPANJANG orang Indonesia, siapa tak kenal burung Garuda berkalung perisai yang merangkum lima sila (Pancasila). Tapi orang Indonesia mana sajakah yang tahu, siapa pembuat lambang negara itu dulu? Dia adalah Sultan Hamid II, yang terlahir dengan nama Syarif Abdul Hamid Alkadrie, putra sulung Sultan Pontianak; Sultan Syarif Muhammad Alkadrie. Lahir di Pontianak tanggal 12 Juli 1913.

image

Dalam tubuhnya mengalir darah Indonesia, Arab –walau pernah diurus ibu asuh berkebangsaan Inggris. Istri beliau seorang perempuan Belanda yang kemudian melahirkan dua anak –keduanya sekarang di Negeri Belanda.

Syarif Abdul Hamid Alkadrie menempuh pendidikan ELS di Sukabumi, Pontianak, Yogyakarta, dan Bandung. HBS di Bandung satu tahun, THS Bandung tidak tamat, kemudian KMA di Breda, Negeri Belanda hingga tamat dan meraih pangkat letnan pada kesatuan tentara Hindia Belanda.

Ketika Jepang mengalahkan Belanda dan sekutunya, pada 10 Maret 1942, ia tertawan dan dibebaskan ketika Jepang menyerah kepada Sekutu dan mendapat kenaikan pangkat menjadi kolonel. Ketika ayahnya mangkat akibat agresi Jepang, pada 29 Oktober 1945 dia diangkat menjadi Sultan Pontianak menggantikan ayahnya dengan gelar Sultan Hamid II. Dalam perjuangan federalisme, Sultan Hamid II memperoleh jabatan penting sebagai wakil Daerah Istimewa Kalimantan Barat (DIKB) berdasarkan konstitusi RIS 1949 dan selalu turut dalam perundingan-perundingan Malino, Denpasar, BFO, BFC, IJC dan KMB di Indonesia dan Belanda. Sultan Hamid II kemudian memperoleh jabatan Ajudant in Buitenfgewone Dienst bij HN Koningin der Nederlanden, yakni sebuah pangkat tertinggi sebagai asisten ratu Kerajaan Belanda dan orang Indonesia pertama yang memperoleh pangkat tertinggi dalam kemiliteran. Pada 21-22 Desember 1949, beberapa hari setelah diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio, Westerling yang telah melakukan makar di Tanah Air menawarkan “over commando” kepadanya, namun dia menolak tegas. Karena tahu Westerling adalah gembong APRA. Selanjutnya dia berangkat ke Negeri Belanda, dan pada 2 Januari 1950, sepulangnya dari Negeri Kincir itu dia merasa kecewa atas pengiriman pasukan TNI ke Kalbar - karena tidak mengikutsertakan anak buahnya dari KNIL. Pada saat yang hampir bersamaan, terjadi peristiwa yang menggegerkan; Westerling menyerbu Bandung pada 23 Januari 1950. Sultan Hamid II tidak setuju dengan tindakan anak buahnya itu, Westerling sempat di marah. Sewaktu Republik Indonesia Serikat dibentuk, dia diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio dan selama jabatan menteri negara itu ditugaskan Presiden Soekarno merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang negara. Dari transkrip rekaman dialog Sultan Hamid II dengan Masagung (1974) sewaktu penyerahan file dokumen proses perancangan lambang negara, disebutkan “ide perisai Pancasila” muncul saat Sultan Hamid II sedang merancang lambang negara.
Dia teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar negara Indonesia, di mana sila-sila dari dasar negara, yaitu Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara. Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis M Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, M A Pellaupessy, Moh Natsir, dan RM Ng Purbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah. Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku “Bung Hatta Menjawab” untuk melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M Yamin. Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR RIS adalah rancangan Sultan Hamid II. Karya M Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan menampakkan pengaruh Jepang. Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu. Terjadi kesepakatan mereka bertiga, mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”. Tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan final lambang negara tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan, karena adanya keberatan terhadap gambar burung garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap bersifat mitologis.

Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali-Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri. AG Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Dep Hankam, Pusat Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih “gundul” dan “tidak berjambul” seperti bentuk sekarang ini. Inilah karya kebangsaan anak-anak negeri yang diramu dari berbagai aspirasi dan kemudian dirancang oleh seorang anak bangsa, Sultan Hamid II Menteri Negara RIS.

Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari 1950. Penyempurnaan kembali lambang negara itu terus diupayakan. Kepala burung Rajawali Garuda Pancasila yang “gundul” menjadi “berjambul” dilakukan. Bentuk cakar kaki yang mencengkram pita dari semula menghadap ke belakang menjadi menghadap ke depan juga diperbaiki, atas masukan Presiden Soekarno. Tanggal 20 Maret 1950, bentuk final gambar lambang negara yang telah diperbaiki mendapat disposisi Presiden Soekarno, yang kemudian memerintahkan pelukis istana, Dullah, untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk final rancangan Menteri Negara RIS Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi sampai saat ini.

Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara di mana lukisan otentiknya diserahkan kepada H Masagung, Yayasan Idayu Jakarta pada 18 Juli 1974 Rancangan terakhir inilah yang menjadi lampiran resmi PP No 66 Tahun 1951 berdasarkan pasal 2 Jo Pasal 6 PP No 66 Tahun 1951. Sedangkan Lambang Negara yang ada disposisi Presiden Soekarno dan foto gambar lambang negara yang diserahkan ke Presiden Soekarno pada awal Februari 1950 masih tetap disimpan oleh Kraton Kadriyah Pontianak. Sultan Hamid II wafat pada 30 Maret 1978 di Jakarta dan dimakamkan di pemakaman Keluarga Kesultanan Pontianak di Batulayang.
Turiman SH M.Hum, Dosen Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura Pontianak yang mengangkat sejarah hukum lambang negara RI sebagai tesis demi meraih gelar Magister Hukum di Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa hasil penelitiannya tersebut bisa membuktikan bahwa Sultan Hamid II adalah perancang lambang negara. “Satu tahun yang melelahkan untuk mengumpulkan semua data. Dari tahun 1998-1999,” akunya. Yayasan Idayu Jakarta, Yayasan Masagung Jakarta, Badan Arsip Nasional, Pusat Sejarah ABRI dan tidak ketinggalan Keluarga Istana Kadariah Pontianak, merupakan tempat-tempat yang paling sering disinggahinya untuk mengumpulkan bahan penulisan tesis yang diberi judul Sejarah Hukum Lambang Negara RI (Suatu Analisis Yuridis Normatif Tentang Pengaturan Lambang Negara dalam Peraturan Perundang-undangan). Di hadapan dewan penguji, Prof Dr M Dimyati Hartono SH dan Prof Dr H Azhary SH dia berhasil mempertahankan tesisnya itu pada hari Rabu 11 Agustus 1999. “Secara hukum, saya bisa membuktikan. Mulai dari sketsa awal hingga sketsa akhir. Garuda Pancasila adalah rancangan Sultan Hamid II,” katanya pasti. Besar harapan masyarakat Kal-Bar dan bangsa Indonesia kepada Presiden RI SBY untuk memperjuangkan karya anak bangsa tersebut, demi pengakuan sejarah, sebagaimana janji beliau ketika berkunjung ke Kal-Bar dihadapan tokoh masyarakat, pemerintah daerah dan anggota DPRD Provinsi Kal-Bar.**


Sultan Hamid II Pencipta Burung Garuda
Syarif Abdul Hamid Alkadrie yang bergelar Sultan Hamid Alkadrie II dan Sultan ke 8 Pontianak, Kalbar ini adalah pencipta Burung Garuda. Sultan Hamid juga orang Indonesia pertama yang berpangkat tertinggi di dunia militer.

Pontianak: Nama Syarif Abdul Hamid Alkadrie memang kurang dikenal di Tanah Air. Padahal, tokoh nasional dari Pontianak, Kalimantan Barat ini adalah pencipta lambang negara Indonesia, Burung Garuda.

Selain pencipta lambang negara, Syarif yang bergelar Sultan Hamid Alkadrie II dan Sultan ke 8 Pontianak ini juga adalah orang Indonesia pertama yang berpangkat tertinggi di dunia militer, yaitu mayor jendral.

Sultan Hamid membuat lambang negara berdasarkan penugasan Presiden Sukarno pada 1950. Saat itu dia menjabat menteri tanpa porto folio. Rekannya, Muhammad Yamin sebenarnya juga membuat rancangan lambang negara, Namun, Sukarno akhirnya memilih rancangan Sultan Hamid. Setelah disempurnakan, gambar Burung Garuda diresmikan Sukarno sebagai lambang negara pada 10 Februari 1950.

Salinan sketsa Burung Garuda yang tersimpan di Keraton Kadriah, Pontianak ini menunjukkan proses pembuatan lambang negara sangat rumit hingga harus diubah berkali-kali.

sumber

Friday, November 20, 2009

Makna Lambang Garuda Pancasila





Burung Garuda melambangkan kekuatan

Warna emas pada burung Garuda melambangkan kejayaan

Perisai di tengah melambangkan pertahanan bangsa Indonesia


Simbol-simbol di dalam perisai masing-masing melambangkan sila-sila dalam Pancasila, yaitu:

Bintang melambangkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa [sila ke-1]

Rantai melambangkan sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab [sila ke-2]

Pohon Beringin melambangkan sila Persatuan Indonesia [sila ke-3]

Kepala banteng melambangkan sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan [sila ke-4]

Padi dan Kapas melambangkan sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia [sila ke-5]

Warna merah-putih melambangkan warna bendera nasional Indonesia. Merah berarti berani dan putih berarti suci

Garis hitam tebal yang melintang di dalam perisai melambangkan wilayah Indonesia yang dilintasi Garis Khatulistiwa


Jumlah bulu melambangkan hari proklamasi kemerdekaan Indonesia (17 Agustus 1945), antara lain:

Jumlah bulu pada masing-masing sayap berjumlah 17
Jumlah bulu pada ekor berjumlah 8
Jumlah bulu di bawah perisai/pangkal ekor berjumlah 19
Jumlah bulu di leher berjumlah 45

Pita yg dicengkeram oleh burung garuda bertuliskan semboyan negara Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang berarti "berbeda beda, tetapi tetap satu jua".

sumber

Tuesday, June 30, 2009

Scrabble Plus

Image

Image

Play one of the world's most popular word games in a whole new way with SCRABBLE PLUS! This reimagined version of of the classic crossword game features all-new graphics and four fantastic game modes. Play the way you remember in SCRABBLE Classic. Put your word-making skills to the test in SCRABBLE Wizard. Or, take on unique computer opponents in exciting, board-to-board, duel action with SCRABBLE Golf and SCRABBLE battle. Each game mode contains two innovative variations for a total of eight exhilarating ways to play! A brilliant twist on timeless fun, SCRABBLE PLUS also features a powerful hint feature, helpful power-ups, and endless fun for both veterans and beginners. There's something for everyone in SCRABBLE PLUS! Try the free demo version, or play the full version and see why it's going to take more than a big vocabulary to win this original game. After more than 50 years and over 100 million players, SCRABBLE PLUS is an exciting step in the digital evolution of this beloved favorite. It's SCRABBLE . . . plus a whole lot more!

• Play the way you remember with SCRABBLE Classic.
• Try to reach the green with the longest words in SCRABBLE Golf.
• Take on a challenging opponent in a strategic round of SCRABBLE Battle
• Put your lexical skills to the test in SCRABBLE Wizard
• Helpful hints, unique power-ups, and much, much more

Download : 35.36 MB.

http://rapidshare.com/files/243918572/SCRABBLE-PLUS.rar
http://www.mediafire.com/?mmyzjgvttji

sumber